Pewarna Sintetis, amankah?
DI TELEVISI, KORAN, DAN RADIO SANGAT SERING KITA MENDENGAR BERITA INI?
APA SIKAP KITA SEBAGAI SEORANG KELUARGA SIVITAS AKADEMIKA TEKNIK KIMIA?
Makanan berwarna merupakan salah satu budaya bangsa Indonesia, sejak zaman dahulu. Sebelum berkembang pewarna sintetis, makanan berwarna memiliki banyak manfaat, karena pewarna alami biasanya berupa senyawa klorofil, karoten, dan flavanoid. Senyawa tersebut sangat bermanfaat bagi tubuh, tetapi tidak demikan halnya dengan senyawa sintetis yang sebagian bersifat karsinogen. Karena pewarna sintetis banyak menawarkan kemudahan dalam penggunaan, berharga murah, dan menghasilkan warna cerah, maka penggunaan pewarna alami banyak ditinggalkan.
Sivitas akademika Teknik Kimia,yang mengetahui risiko penggunaan zat warna sintetis, selayaknya peduli dan berkontribusisebagai bagian dari solusi pada kondisi ini.
Apa yang seharusnya kita lakukan?
Menyediakan diri sebagai bagian dari agen perubahan budaya penggunaan senyawa sintetis. Dalam kontek ini perlu kesabaran dan ketekunan karena merubah budaya biasanya perlu waktu, bukti, dan contoh nyata.
Untuk melakukan hal ini yang paling baik adalah:
- Memulai dari diri sendiri untuk lebih bijaksana, hati-hati, dan selektif mengkonsumsi makanan berwarna.
- Bila terpaksa mengkonsumsi makanan berwarna perlu memperhatikan senyawa kimia pewarna yang digunakan.
- Komunikasikan secara bijaksana dan hati-hati dengan produsen dan konsumen makanan bewarna yang menggunakan pewarna makanan sintetis
- Memproduksi zat warna alami berharga murah dan praktis dalam penggunaan sehingga kompetitif dengan zat warna sintetis
Oleh : Dr. Ir. Edia Rahayuningsih, MS.
0 Comments